Yay~!!
Terima kasih telah berkunjung~!
Hari ini secara resmi Ertha Stories mulai dipublikasikan~!!
21-04-2014
(n0n)/
Ini episode pertama, silakan dibaca dan semoga menikmati~
n u n /
*Side story akan di update setiap minggunya*
===
Episode 1
A story from Ertha
White Celestial Introduction
by Yanaka White
Establishing connection . . .
Connected . . .
Current Location:
Ritville Area
Dimension : ERTHA . . .
Welcome to Ertha…
. . .
. . .
. . .
“Semuanya
siap?”, tanya Hime di belakang tripod kamera.
“Bentar
bentar, coba cek lagi.”, saran Roku kemudian menghitung jumlah mereka yang
berbaris di depan kamera. “Sichi, Mirra, Erita, Yanaka, Hime di sana….. Kok
kurang?”
“Ha? Siapa
yang kurang?”, tanya Hime.
“’Kan kita
mestinya ada enam orang tapi kok ini cuma lima?”
Melemparkan
tatapan seperti mengatakan ‘yang serius dong’ pada Roku. “Eh?”, kata Roku kaku.
“Oi.”,
panggil Hime. “Itung juga dirimu.”
Roku
membalas Hime dengan pandangan bingung. “A..”, katanya seperti menyadari
sesuatu.
Hime
menyetel kameranya. “10 detik, ya?”, tanyanya. Tak ada yang menjawab. Semua
sudah siap bergaya di depan kamera. Hime segera menyusul ke barisan dan bergaya.
Sekitar
sepuluh detik kemudian, kamera mengambil gambar secara otomatis. Keenam anak
itu segera menghampiri, penasaran dengan hasil yang terambil.
Tampak
di gambar yang tampil di layar kecil kamera digital. Sebuah rumah yang cukup
besar, dengan tampilan minimalis bercat putih sebagai latar belakang. Tampak
pula sebaris pasukan ksatria lengkap dengan zirah mereka berdiri di depan rumah
itu. Beberapa ada yang bergaya untuk foto. Di halaman depan rumah, yang lebih
dekat dengan kamera, berjejer enam anak-anak dengan tampang imut nan manis.
Dari ujung
kiri, seorang anak berambut hitam panjang yang menyentuh bahu. Wajahnya cukup
manis, namun tampilan terkesan acak dan boyish. Dengan syal merah, baju kaos
putih dengan lengan extra yang panjang berwarna hitam. Celananya jeans panjang
dan sepatu sport merah. Namanya Erita. Seorang Ninja. Laki-laki yang sedikit
mesum dan suka iseng dengan orang lain, namun tetap peduli pada teman-temannya.
Di sampingnya
ada seorang wanita. Dari tinggi dan posturnya, sekitar umur 20-an. Wajahnya
jelita dan tenang. Sosok keibuan. Rambutnya oranye panjang. Sebagian terikat di
belakang, sebagian terurai lembut hingga setengah punggungnya. Mengenakan baju
jeans cyan muda tak berlengan, membuatnya tampak seksi, sedikit menonjolkan
dadanya. Dengan rok merah menyentuh lutut. Kaus kaki putih dan sepatu simple
berwarna coklat. Gayanya anggun dengan senyum tulus. Namanya Roku, kakak Sichi
yang berusaha menjaga anak-anak itu dan memberikan perhatian bagai seorang ibu.
Namun memiliki masa lalu yang kelam. Masa lalu yang tak seberapa lama dari foto
itu diambil. Masa lalu dengan rumah area Ritville nomor 96 yang kini sudah
tiada dan tanahnya dijadikan jalan masuk ke rumah baru itu.
Adapun
seorang anak kecil di samping Roku. Umurnya sekitar 17 tahun. Rambut lembut nan
panjangnya sedikit berantakan, dikesampingkan agar tak menutupi wajah putihnya yang
memancarkan senyum polos. Mengenakan sweater putih berlengan panjang, topi
pantai besar yang bayangannya melindungi wajah manisnya. Celananya jeans ketat
dengan sepatu sport hitam. Dia Sichi, adik Roku. Kulit putihnya seperti bukan
kulit manusia. Putih, namun tidak pucat. Putihnya terlihat hidup, namun tidak
seperti manusia. Walaupun tampak seperti gadis, dia adalah adik laki-laki Roku
yang juga berbagi pengalaman buruk penuh darah dengan Roku. Namun akibat
pengalaman buruk itu, kini dia bisa berlari dan melihat dengan baik.
Sichi tampak
ceria dengan tangannya yang membentuk posisi jari PEACE yang ditunjukkan pada
kamera. Tangan kirinya menggandeng tangan teman baiknya di sebelah. Seorang
anak tingginya sama dengan Sichi, walaupun umurnya sudah 18 tahun. Wajahnya
manis, berkulit putih cerah. Rambutnya emas panjang berkilauan. Bukan hanya
pirang, tapi seperti emas. Mengenakan kaos oblong dilapis jaket hoodie putih
yang dibuka resleting depannya. Celananya jeans biru simpel dan sepatu sport
hitam. Dia berusaha tampil boyish, tapi semua orang hanya akan melihatnya
sebagai gadis tomboy, bukan seperti laki-laki yang dia harapkan. Namanya Mirra.
Anak laki-laki berambut emas dengan misteri. Tak ada yang tega memotong
rambutnya itu menjadi model pendek. Dia seorang cleric, handal melawan
monster-monster demon. Juga memiliki pengalaman yang suram. Kehilangan dan
penyesalan sempat merubahnya menjadi sosok yang dingin sampai dia bertemu
Sichi. Sichi yang mirip dengan seseorang yang dulu juga selalu berada di
sisinya.
Berdiri di
samping Mirra, anak berkulit putih bersih. Matanya merah, rambutnya silver
panjang. Mengenakan kemeja putih yang dilapis dengan sweater biru. Dihiasi syal
motif checkered seperti kilt skotlandia. Begitu pula dengan rok sebatas
lututnya. Yang didampingi dengan kneesock putih dan sepatu sekolah jepang warna
coklat. Di kepalanya tertempel semacam topi dengan motif yang sama dengan
syalnya. Tapi itu bukan topi, lebih semacam jepit rambut di belakang kepalanya.
Ada semacam antena rambut panjang di kepalanya. Namanya Yanaka White. Pemimpin
White Celestial Army yang terdiri dari keenam anak itu. Walau tubuhnya kecil,
tak ada yang tau usia tepatnya. Tak ada yang tau masa lalunya. Mirra, Roku, dan
Sichi belum tau kemampuannya. Tapi tak ada yang peduli. Yanaka berhasil
mengalihkan perhatian mereka dengan tingkah tingkah konyolnya yang bandel dan
menggemaskan.
Si pemilik
tanah dan rumah berdiri di sisi paling kanan di foto itu. Rambutnya pirang
panjang. Lembut, namun sedikit liar. Mengenakan gaun sederhana berwarna kuning
muda bak pemaisuri. Dia Hime, putri dari sebuah kerajaan di area Kinquinia.
Jiwa petualangnya membuat imagenya sebagai tuan putri seperti hilang. Kinipun
dia membangun rumah baru di Ritville karena ingin mencoba hidup di dekat
pemukiman yang lebih sederhana. Namun jiwa itu dibekali dengan kemampuannya
dalam bidang sains, meramu berbagai campuran zat yang ditemukan di Ertha,
membuatnya menjadi seorang alchemist handal yang lihai menusukkan jarum-jarum
suntik otomatisnya pada target dari jarak jauh. Teman baiknya, sebuah van
khusus piknik yang dilengkapi tempat tidur dan kamar mandi.
Keributan
terjadi. Sekumpulan anak yang tampak seperti gadis-gadis kecil yang
mengomentari foto mereka sendiri mengeluarkan suara-suara manis seperti “kyaaa”
atau “kawaii”. Kecuali Erita tentunya yang bersikap jantan dan tanpa sengaja
mengatakan “Dada kak Roku tampak indah.”
Hime memang
berencana membangun rumah itu di sana. Untuk mengingat kejadian malam itu, yang
melibatkan perubahan hidup Roku dan Sichi. Dia juga melihat posisi yang bagus
untuk menjadi markas persembunyian White Celestial Army. Dan tempat tenang
untuk tinggal.
Di tengah
semaraknya sukacita mereka setelah berhasilnya pembangunan rumah itu. Dari
kejauhan. Dia sebuah taman hijau melingkar di perumahan Ritville itu. Tumbuh
sebuah pohon besar.
Di bawah
pohon itu. Dua sosok bayangan gelap memandang lurus ke kumpulan White Celestial
yang menjorok dalam ke hutan di belakang gerbang masuk rumah itu.
Sosok yang
satu bermata merah, seperti Yanaka. Rambutnya hitam panjang, dengan rambut
antena membentuk petir di kepalanya. Karena tertutup bayangan, dia tampak
benar-benar hitam seluruhnya. Hanya mata dan senyumannya yang tampak.
Sosok yang
lain juga hitam. Tingginya lebih rendah dari sosok yang satunya. Matanya
kuning, seperti mata kucing. Mengenakan topi bertelinga kucing dengan rambut
hitam yang memanjang hingga ke bahunya. Dia membawa sebuah sabit hitam besar
yang biasa dibawa malaikat kematian.
“Jadi, kau
belum mau muncul?”, tanya sosok yang mirip kucing. Suara ceper, seperti kucing
bicara.
Sosok yang
lain tertawa kecil. “Belum.”, jawabnya dengan dengan suara gadis yang sedikit
jantan. “Ini belum saatnya.”, sambungnya.
“Jadi kapan?”
“Kelak,
ketika mereka sudah lengkap. Aku akan terus mengembangkan tentara itu dari
belakang. Dan aku akan muncul ketika mereka sudah cukup kuat.”
“Nyaha..
terserahlah.”
“Kau juga
kerjakan baik-baik pekerjaanmu, mata-mata.”, lanjutnya memandang tajam pada
kumpulan itu.
“Nyahaha….. kerjakan
dengan baik~!”
Beberapa saat
kemudian, sang kucing mengeluarkan semacam linkaran sihir hitam di bawahnya dan
tertelan hilang. Sementara sosok yang lain, tanpa sihir apapun, menghilang
masuk ke dalam tanah. Tepat sebelum rakyat sekitar menyadari keberadaan mereka.